Cerita Horor #9 PERJALANAN DILARANG

 


"PERJALANAN DILARANG"

Malam itu, hujan turun dengan deras. Kilat menyambar di langit, seakan-akan memperingatkan sesuatu yang tidak diinginkan. Di sebuah kafe kecil di pinggiran kota, dua sahabat, Ardi dan Bima, sedang menikmati kopi hangat mereka.

Mereka baru saja pulang dari perjalanan bisnis yang melelahkan, dan rencana mereka adalah untuk kembali ke rumah secepat mungkin. Namun, ada satu hal yang mengganggu mereka: jalan pintas yang bisa memotong waktu perjalanan hampir setengahnya.

Jalan itu dikenal sebagai Jalan Terkutuk.
"Katanya, banyak kecelakaan aneh di sana," kata Ardi sambil menggigit donatnya. "Kamu pernah dengar?"

Bima mengangguk, matanya serius. "Iya, tapi aku tidak percaya takhayul. Orang-orang bilang begitu karena jalannya memang berbahaya. Banyak tikungan tajam dan jurang yang curam."
"Jadi, kita lewat sana saja?" Ardi menyarankan, sedikit ragu.

Bima tertawa. "Apa yang bisa terjadi? Kita cuma perlu berhati-hati."
Mereka membayar kopi mereka dan melanjutkan perjalanan. Meski hati kecil Ardi merasa ada yang tidak beres, dia mengikuti Bima yang tampaknya yakin.

Setibanya di persimpangan yang memisahkan jalan utama dan jalan pintas itu, mereka melihat tanda peringatan besar bertuliskan "PERJALANAN DILARANG."
"Serius? Kenapa harus ada tanda sebesar ini?" gumam Ardi, matanya menatap tajam ke arah tanda itu.

"Untuk menakut-nakuti orang bodoh yang tidak bisa mengemudi dengan benar," balas Bima sambil menekan pedal gas lebih dalam. Mobil mereka melaju masuk ke jalan itu, meninggalkan tanda peringatan di belakang mereka.

Setelah beberapa kilometer, suasana mulai berubah. Jalanan yang tadinya mulus berubah menjadi kasar dan dipenuhi lubang. Kabut tebal tiba-tiba menyelimuti, membuat pandangan mereka terbatas.
"Aku tidak suka ini," kata Ardi, suaranya bergetar sedikit.

"Tenang saja," kata Bima sambil menenangkan. "Ini hanya kabut. Akan segera berlalu."
Namun, kabut itu semakin pekat, hingga mereka hampir tidak bisa melihat apa-apa di depan mereka. Suasana semakin mencekam ketika mereka mulai mendengar suara-suara aneh dari luar mobil.

Suara gemerisik, seperti langkah kaki yang mengikuti mereka.
"Apakah kamu dengar itu?" tanya Ardi, memandang keluar jendela dengan gugup.
"Dengar apa?" Bima mencoba tetap tenang, tetapi wajahnya menunjukkan kecemasan yang sama.

Langkah kaki itu semakin dekat, dan tiba-tiba, sosok bayangan muncul di depan mobil. Bima menginjak rem dengan keras, dan mobil mereka berhenti dengan mendadak. Bayangan itu tidak bergerak, hanya berdiri di tengah jalan, memandang mereka dengan mata yang tidak terlihat.

"Siapa itu?" bisik Ardi, jantungnya berdetak kencang.
Bima mencoba membunyikan klakson, tetapi bayangan itu tidak bergeming. Perlahan, sosok itu mendekat ke mobil mereka. Ardi dan Bima hanya bisa duduk diam, napas mereka tertahan, menunggu apa yang akan terjadi.

Setelah sosok bayangan itu mendekat hingga berada di samping jendela, tiba-tiba ia menghilang begitu saja. Hanya kabut yang tersisa di sekitar mereka. Bima menarik napas dalam-dalam, berusaha mengembalikan ketenangannya.

"Kita harus keluar dari sini," kata Bima tegas, berusaha memutar balik mobilnya. Namun, jalan di belakang mereka yang seharusnya kosong, kini berubah menjadi jalanan yang panjang dan tidak berujung.
"Apa-apaan ini?" seru Ardi panik. "Bukankah kita baru saja melewati jalan itu?"

Bima tidak bisa menjawab. Dengan ragu-ragu, ia melajukan mobil ke depan lagi, berharap kabut akan segera hilang. Namun, semakin mereka melaju, jalanan seolah semakin panjang, seperti tidak ada akhir.
Mereka mencoba memutar kembali, tetapi hasilnya sama.

Jalanan itu terus membawa mereka kembali ke titik yang sama, tanpa ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya. Mereka terjebak dalam lingkaran tanpa akhir.
Ardi menggenggam teleponnya, mencoba menghubungi seseorang, tetapi tidak ada sinyal.

"Ini gila. Ini tidak mungkin terjadi!" teriaknya.
Bima menggertakkan gigi, menahan rasa takut yang mulai merayapi dirinya. "Tetap tenang. Kita pasti bisa menemukan jalan keluar."
Mereka terus melaju dalam kabut tebal itu, melewati ratusan meter jalan yang sama tanpa hasil.

Waktu seolah berhenti, dan mereka mulai kehilangan orientasi. Dalam kebingungan mereka, suara langkah kaki kembali terdengar, kali ini lebih jelas dan lebih dekat.
"Ada yang mengikuti kita," bisik Ardi, keringat dingin membasahi dahinya.

Bima tidak berkata apa-apa, matanya terpaku pada jalan di depannya. Saat itulah mereka melihat sesuatu yang membuat darah mereka membeku.

Di tengah jalan, mereka melihat diri mereka sendiri, berdiri dengan tatapan kosong, seolah-olah mereka adalah pantulan yang terjebak di dalam kaca.
Ardi menjerit ketakutan, dan Bima dengan cepat memutar mobil, mencoba melarikan diri dari pemandangan mengerikan itu.

Namun, seberapa cepat pun mereka melaju, bayangan itu selalu berada di depan mereka, menunggu dengan sabar.
"Apa yang terjadi? Apa kita sudah mati?" Ardi mulai kehilangan akal sehatnya.

"Jangan bicara seperti itu!" bentak Bima, tetapi ketakutannya semakin nyata. Mereka terjebak dalam jalan yang tidak berujung, bersama bayangan diri mereka sendiri yang terus menghantui.

Setelah entah berapa lama terjebak di jalan yang tidak berujung, kabut tebal perlahan mulai menghilang. Namun, bukannya merasa lega, Ardi dan Bima justru merasa semakin tertekan ketika melihat pemandangan di sekitar mereka berubah.

Jalanan kini dikelilingi oleh hutan lebat, dengan pohon-pohon tua yang tampak menyeramkan.
"Aku tidak ingat pernah ada hutan di sekitar sini," kata Bima, suaranya penuh keraguan.
"Tidak ada," balas Ardi dengan tegas. "Ini... ini tidak mungkin nyata."

Saat mereka melanjutkan perjalanan, mereka mulai melihat sesuatu yang aneh di antara pepohonan. Bayangan-bayangan bergerak cepat, seolah-olah mengintip mereka dari kejauhan.

Kadang-kadang, mereka bisa melihat sosok manusia, tetapi ketika mereka mencoba melihat lebih dekat, sosok itu menghilang.
"Ini bukan mimpi buruk, kan?" tanya Ardi, berharap apa yang dia alami hanyalah ilusi.
"Tidak, ini nyata," jawab Bima dengan suara bergetar. "Terlalu nyata."

Saat mereka melintasi tikungan tajam, Bima tiba-tiba menghentikan mobilnya. Di tengah jalan, berdiri seorang wanita tua dengan rambut panjang yang kusut dan wajah pucat. Dia mengenakan pakaian yang lusuh dan kotor, dan matanya yang kosong menatap mereka dengan intens.

"Siapa itu?" tanya Ardi, suaranya hampir tidak terdengar.
Bima tidak menjawab. Dia hanya bisa melihat ke arah wanita tua itu, yang perlahan-lahan mulai mendekat ke mobil mereka.

Ketika wanita itu semakin dekat, mereka bisa melihat bahwa dia tidak berjalan, melainkan melayang di atas tanah.
"Sialan!" Bima mencoba memutar balik mobil, tetapi mesin mobil tiba-tiba mati. Mereka terjebak, tidak bisa bergerak.

Wanita tua itu akhirnya sampai di samping mobil mereka, dan dengan gerakan lambat, dia mengetuk jendela mobil. Suara ketukan itu terdengar seperti palu yang menghantam jantung mereka.
Ardi ingin menjerit, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Dia hanya bisa memandang wanita tua itu yang kini tersenyum, memperlihatkan gigi-giginya yang mengerikan. Lalu, dengan suara serak, wanita itu berbicara.
"Kalian seharusnya tidak berada di sini," katanya dengan nada yang dalam dan menyeramkan. "Tempat ini bukan untuk kalian."

"Maaf... maafkan kami," bisik Bima, tangannya gemetar.
Wanita itu hanya tertawa pelan, lalu dengan cepat menghilang ke dalam kabut yang tiba-tiba muncul kembali, meninggalkan mereka dalam kegelapan yang mencekam.

Setelah kejadian itu, mereka berdua hanya duduk diam dalam mobil, terengah-engah karena ketakutan yang baru saja mereka alami. Mobil akhirnya bisa dinyalakan kembali, dan Bima langsung menekan pedal gas, berharap bisa segera keluar dari jalan terkutuk itu.

Namun, perjalanan mereka tidak semakin mudah. Jalanan menjadi semakin curam dan licin, membuat setiap manuver menjadi berbahaya. Saat mereka melintasi sebuah tikungan tajam, tiba-tiba mereka melihat sebuah truk besar melaju ke arah mereka dengan kecepatan tinggi.

"Awas!" teriak Ardi, mencoba memegang erat-erat dashboard.
Bima mencoba menghindar, tetapi jalan yang sempit dan licin membuat mobil mereka sulit dikendalikan. Ban mobil tergelincir, dan dalam sekejap, mobil mereka terbalik dan terguling ke tepi jurang.

Semuanya terjadi begitu cepat. Ardi hanya bisa merasakan rasa sakit yang luar biasa di tubuhnya sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap.
Ketika dia sadar, dia menemukan dirinya masih terjebak di dalam mobil yang terbalik, dengan tubuh yang terluka parah.

Di sebelahnya, Bima tidak bergerak, darah mengalir dari kepalanya yang terluka.
"Bima! Bima!" Ardi berteriak, mencoba membangunkan sahabatnya, tetapi tidak ada jawaban.

Rasa panik mulai merayapi dirinya ketika dia menyadari bahwa mereka terperangkap di tepi jurang, dan mobil mereka bisa jatuh kapan saja.
Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Ardi berusaha keluar dari mobil.

Dia berhasil merangkak keluar, tetapi ketika dia mencoba menarik Bima, suara derak kayu terdengar di bawah mereka. Tanah di tepi jurang mulai runtuh.
"Jangan, jangan jatuh!" Ardi memohon, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan.

Dalam hitungan detik, mobil itu jatuh ke dalam jurang, membawa Bima bersamanya.
Ardi hanya bisa menatap dengan ngeri saat mobil itu menghilang di kedalaman gelap, dan suara ledakan besar terdengar di kejauhan.

Air matanya mengalir, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Rasa sakit dan ketakutan menyelimutinya, membuatnya tak berdaya.

Ardi tersadar di rumah sakit, dengan tubuh yang penuh luka dan perban. Perasaan hampa memenuhi dirinya saat dia menyadari apa yang telah terjadi. Bima, sahabatnya, telah meninggal dalam kecelakaan itu, dan Ardi adalah satu-satunya yang selamat.

Polisi yang menanyainya hanya bisa menggelengkan kepala ketika dia menceritakan kejadian yang mereka alami.

Jalan yang mereka lewati, yang dikenal sebagai Jalan Terkutuk, telah memakan banyak korban sebelumnya, dan banyak orang yang mengklaim telah melihat penampakan-penampakan aneh di sana.

Namun, tidak ada yang bisa menjelaskan secara pasti apa yang sebenarnya terjadi di jalan itu.
Hari-hari berlalu, dan Ardi mencoba melanjutkan hidupnya, tetapi bayangan dari kejadian di jalan itu terus menghantui dirinya.

Setiap malam, dia bermimpi tentang jalan itu, tentang kabut tebal dan suara langkah kaki yang mengikutinya. Dia bisa mendengar suara Bima yang memanggilnya dari kejauhan, tetapi dia tidak bisa menjangkaunya.

Suatu malam, ketika dia terbangun dari mimpi buruknya, dia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku. Di ujung kamarnya, berdiri sosok wanita tua yang pernah dia temui di jalan itu. Wanita itu tersenyum kepadanya, dengan gigi-giginya yang mengerikan.

"Kamu seharusnya tidak berada di sini," kata wanita itu, suaranya terdengar seperti desiran angin.
Ardi mencoba berteriak, tetapi suaranya tercekik di tenggorokannya. Wanita itu mendekat, dan dengan lembut, dia menyentuh dahi Ardi.

Seketika itu juga, Ardi merasakan dingin yang luar biasa merayapi tubuhnya.
Ketika wanita itu menghilang, Ardi hanya bisa terbaring di tempat tidurnya, tubuhnya kaku dan tak berdaya.

Napasnya mulai melemah, dan dunia di sekitarnya perlahan-lahan menghilang, meninggalkannya dalam kegelapan yang abadi.
Di pagi hari, perawat yang datang ke kamarnya menemukan Ardi terbaring kaku, matanya terbuka lebar dengan tatapan kosong.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa, hanya senyum samar yang menghiasi wajahnya, seolah-olah dia akhirnya menemukan kedamaian dalam kegelapan yang selama ini menghantuinya.
Jalan itu, Jalan Terkutuk, terus menelan korban.

Dan mereka yang pernah melintasinya akan selalu membawa kenangan buruk yang tidak akan pernah bisa mereka lupakan. Jalan itu bukan hanya sekadar jalan pintas, tetapi sebuah gerbang menuju kegelapan yang tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia.

Perjalanan dilarang, tetapi bagi mereka yang nekat melaluinya, perjalanan itu tidak akan pernah berakhir dengan baik.

-- TAMAT --

Buat teman-teman yang mau membawakan cerita ini di channel youtubenya, kami kenakan fee Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) per cerita. Bisa dibayarkan melalui link ini: teer.id/hororpsikologis. Terima kasih.. Sukses selalu channelnya..

#ceritahoror #ceritahorror #ceritaseram #ceritaserem #ceritamistis #ceritamisteri #kisahhoror #kisahhorror #kisahseram #kisahserem #kisahmistis #kisahmisteri #hororindonesia #horrorindonesia #seramindonesia #seremindonesia #mistisindonesia #misteriindonesia #pengalamanhoror #pengalamanhorror #pengalamanseram #pengalamanserem #pengalamanmistis #pengalamanmisteri #perjalananhoror #perjalananhorror #perjalananseram #perjalananserem #perjalananmistis #perjalananmisteri

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#31 PERJALANAN MALAM NAIK BUS HANTU 👀

#39 RONDA MALAM YANG HOROR 👀

#70 CERITA HOROR SUNDEL BOLONG